Batuk Berkepanjangan Bisa Jadi TB, Dinkes DKI Minta Warga Segera ke Puskesmas
- calendar_month Rab, 3 Sep 2025

Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Dinas Kesehatan DKI Jakarta Arif Syaiful Haq dalam Sosialisasi Stop Tuberkulosis (TB) di Jakarta, Rabu (2/9/2025). ANTARA/Lia Wanadriani Santosa.
SEPUTARAN.COM, Jakarta – Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengimbau warga agar segera memeriksakan diri ke puskesmas jika mengalami batuk yang tak kunjung sembuh. Gejala ini berpotensi menjadi tanda tuberkulosis (TB).
“TB dapat diketahui melalui pemeriksaan dahak dari batuk. Jadi kalau ada gejala batuk yang panjang, itu bisa datang ke puskesmas atau ke rumah sakit,” kata Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Arif Syaiful Haq, saat Sosialisasi Stop Tuberkulosis (TB) di Jakarta, Rabu.
Arif menjelaskan, pemeriksaan dahak dilakukan melalui tes cepat molekuler. Petugas kesehatan mengambil sampel dahak dua kali, pertama saat pasien datang ke fasilitas kesehatan dan kedua setelah pasien bangun tidur pada pagi hari.
“Jadi saat datang ke puskesmas, langsung diambil dahaknya, kemudian dibekali pot dahak. Besok paginya, harus dikeluarkan dahaknya dan diantarkan ke puskesmas untuk dicek,” jelas Arif.
Pengambilan dahak juga bisa dilakukan sewaktu-waktu dengan jarak minimal satu jam. Cara mengeluarkan dahak yang tepat, menurut Arif, adalah menarik napas dalam tiga kali, lalu sentakkan untuk mengeluarkan dahak dari paru-paru. Warna dahak yang benar adalah putih, kekuningan, atau kehijauan, dengan tekstur lebih kental dari air liur.
Jika pasien sulit mengeluarkan dahak, Arif menyarankan untuk beraktivitas ringan, misalnya lari-lari kecil di tempat atau minum teh hangat. “Nanti bisa dibantu oleh tenaga kesehatan di puskesmas untuk bisa mengeluarkan dahak yang baik dan benar,” imbuhnya.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan per Juli 2025, kasus TB di Jakarta mencapai 36.825 kasus. Dari jumlah tersebut, 676 kasus merupakan TB resistan obat (RO), yang kebal terhadap obat TB lini pertama. Pasien dengan TB RO membutuhkan pengobatan lebih lama, kompleks, dan berbeda dibandingkan TB biasa.
Dinas Kesehatan menegaskan pentingnya deteksi dini dan pengobatan tepat agar TB tidak menular luas dan komplikasi dapat dicegah.
- Penulis: Tim Seputaran