Oposisi Hantam Netanyahu, Dinilai Utamakan Koalisi daripada Keselamatan Israel
- calendar_month Jum, 5 Sep 2025

Aktivis membakar kertas bergambar Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu saat aksi bela Palestina di Kota Tangerang, Banten, Jumat (6/12/2024). Aliansi Gerakan Solidaritas Masyarakat Tangerang bersama Jurnalis Peduli Palestina dalam aksi tersebut menuntut agar Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ditangkap dan diadili oleh Mahkamah Pidana Internasional (ICC) atas kejahatan genosida yang dilakukan Israel terhadap Palestina. ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/YU
SEPUTARAN.COM, Ankara – Ketua partai oposisi Yisrael Beiteinu, Avigdor Lieberman, kembali melontarkan kritik keras kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Ia menuduh Netanyahu membawa Israel menuju “kehancuran politik” karena lebih mementingkan kelangsungan koalisi daripada keselamatan negara.
“Kita berada dalam kehancuran politik; kita belum pernah terisolasi seperti ini. Tidak ada manajemen perang, yang ada hanyalah kelangsungan koalisi,” ujar Lieberman kepada lembaga penyiaran publik Israel, KAN, Kamis lalu.
Menurutnya, Israel kini terjebak dalam situasi berbahaya akibat kepemimpinan yang tidak fokus pada keamanan. Ia menyoroti bagaimana pemerintah justru pasif dalam proses negosiasi dengan Hamas.
Lieberman menilai, inisiatif penyelesaian konflik lebih banyak datang dari pihak luar. “Yang mengganggu saya adalah ada inisiatif dari Mesir, Qatar, dan AS, tetapi saya tidak melihat adanya proposal dari Israel,” tegasnya.
Ia menambahkan, pemerintahan Netanyahu terjebak dalam kalkulasi politik sehingga mengabaikan tawaran damai yang sebenarnya bisa membuka jalan bagi gencatan senjata. Padahal, Hamas sudah menerima proposal mediator pada 18 Agustus untuk gencatan senjata parsial dan pertukaran tahanan. Namun, hingga kini Israel belum memberikan tanggapan resmi.
Alih-alih membuka jalan diplomasi, Netanyahu lebih memilih melanjutkan operasi militer di Kota Gaza dengan alasan membebaskan tawanan dan mengalahkan Hamas. Langkah ini menuai keraguan dari oposisi hingga mantan pejabat senior Israel.
Militer Israel bahkan memperingatkan bahwa strategi tersebut justru mengancam keselamatan para tawanan. Serangan brutal yang terus berlangsung telah menewaskan lebih dari 63.700 warga Palestina. Jalur Gaza pun kini berada di ambang bencana kelaparan akibat blokade dan kehancuran infrastruktur.
Kebijakan Netanyahu juga menambah tekanan hukum internasional. Pada November lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang serta kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Selain itu, Israel juga menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ). Situasi ini membuat posisi Israel semakin terisolasi di mata dunia, sekaligus menguatkan tudingan Lieberman tentang kepemimpinan Netanyahu yang lebih mementingkan politik daripada keamanan nasional.
- Penulis: Tim Seputaran