AS Beli 2 Juta Dosis Obat HIV, Prioritaskan Negara Berkembang
- calendar_month Sab, 6 Sep 2025

Ilustrasi HIV/AIDS. (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/hp)
SEPUTARAN.COM, Istanbul – Amerika Serikat mengumumkan komitmen besar dalam memerangi HIV/AIDS. Pemerintah melalui Departemen Luar Negeri akan membeli dua juta dosis lenacapavir hingga 2028. Obat ini nantinya akan didistribusikan ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Pejabat senior Departemen Luar Negeri AS, Jeremy Lewin, menegaskan bahwa target distribusi bisa lebih besar dari dua juta dosis. Menurutnya, langkah ini akan membantu masyarakat rentan mendapatkan akses perlindungan yang sebelumnya sulit dicapai.
Program ini bertujuan melindungi kelompok yang berisiko tinggi. Ibu hamil, menyusui, dan masyarakat di wilayah dengan tingkat infeksi HIV tinggi akan menjadi prioritas penerima. Upaya ini dilakukan agar perlindungan bisa menjangkau orang-orang yang paling membutuhkan.
Inisiatif tersebut dijalankan melalui PEPFAR (President’s Emergency Plan for AIDS Relief), program yang sudah aktif sejak 2003. Selama dua dekade, PEPFAR menjadi salah satu motor penggerak utama dalam pengendalian HIV/AIDS di negara berkembang.
Lenacapavir hadir sebagai terobosan di bidang pencegahan HIV. Berbeda dari pil harian, obat ini diberikan melalui suntikan dua kali setahun. Artinya, pasien hanya perlu menjalani perawatan setiap enam bulan, sehingga lebih mudah untuk dipatuhi.
Hasil uji klinis memperlihatkan efektivitas luar biasa. Pada kelompok berisiko tinggi, lenacapavir mampu hampir sepenuhnya mencegah infeksi baru. Keberhasilan ini membuka jalan baru dalam strategi pencegahan global.
Langkah AS ini juga mendapat dukungan dari sektor swasta. Gilead Sciences, perusahaan farmasi yang memproduksi lenacapavir, setuju menjual obat tersebut tanpa mengambil keuntungan untuk negara terdampak. Selain itu, versi generik tengah disiapkan untuk kawasan Afrika, Asia Tenggara, dan Karibia.
Dengan dukungan ini, distribusi obat bisa menjangkau lebih banyak orang, terutama di wilayah yang sebelumnya kesulitan mengakses pengobatan.
HIV masih menjadi ancaman kesehatan global. Data terbaru menunjukkan ada 1,3 juta infeksi baru setiap tahun. Lebih dari 39 juta orang di seluruh dunia masih hidup dengan virus ini.
Melalui program ini, Amerika Serikat berharap bisa menekan angka penularan secara signifikan. Kolaborasi antara pemerintah, lembaga internasional, dan perusahaan farmasi diharapkan menjadi momentum baru dalam perang melawan HIV/AIDS.
- Penulis: Tim Seputaran