Dosen UMSU Ajak Hidupkan Kembali Taman Budaya Medan Lewat Revitalisasi
- calendar_month Jum, 12 Sep 2025

Yulhasni.ANTARA/HO-dokumen pribadi
SEPUTARAN.COM, Medan – Rencana Pemerintah Kota Medan merevitalisasi Taman Budaya mendapat sambutan positif dari berbagai kalangan. Akademisi, pekerja seni, dan pemerhati budaya menyambut langkah ini dengan antusias. “Revitalisasi ini penting untuk menghidupkan kembali fungsi taman budaya,” ujar Yulhasni, dosen Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UMSU yang aktif dalam dunia sastra Sumatera Utara.
Menurut Yulhasni, revitalisasi tidak hanya sekadar perbaikan fisik. Ia menekankan, langkah ini harus mencakup upaya mengembalikan nilai budaya dan identitas sejarah taman agar tidak hilang ditelan modernisasi.
Yulhasni menyoroti empat hal yang harus menjadi fokus pemerintah. Pertama, melibatkan seniman dan komunitas budaya sejak awal perencanaan hingga pengelolaan. “Partisipasi mereka memastikan taman budaya tetap relevan dengan praktik seni lokal,” katanya. Kedua, mempertahankan nilai budaya dan sejarah taman agar modernisasi tidak menghapus identitasnya.
Selanjutnya, membuka akses luas bagi masyarakat menjadi hal penting. Taman budaya harus inklusif dan bisa dinikmati siapa saja, termasuk penyandang disabilitas. Pemerintah didorong menyediakan fasilitas yang ramah dan harga terjangkau agar ruang seni bisa dinikmati publik luas.
Terakhir, pemerintah perlu memikirkan pengelolaan berkelanjutan. Taman budaya harus bisa hidup mandiri dalam jangka panjang, tidak hanya bergantung pada anggaran pemerintah. “Pengelolaan yang berkelanjutan akan membuat taman budaya terus berkembang dan relevan,” tambah Yulhasni.
Revitalisasi Taman Budaya Medan diharapkan menciptakan ruang yang hidup dan dinamis. Pemerintah bersama seniman dan komunitas diharapkan mampu menjaga taman sebagai pusat praktik budaya yang inklusif. Dengan langkah ini, masyarakat bisa kembali merasakan manfaat taman sebagai pusat kreativitas dan identitas budaya kota.
Melalui keterlibatan aktif berbagai pihak, Taman Budaya Medan dapat kembali menjadi simbol hidupnya kebudayaan lokal. “Kebudayaan harus menjadi ruang publik yang bisa dinikmati semua lapisan masyarakat,” tutup Yulhasni.
- Penulis: Tim Seputaran