Kesenian Sintren Warnai HUT RI Ke 80 Tahun di Desa Kepandean
- calendar_month Kam, 21 Agu 2025

Pertunjukan kesenian Sintren berlangsung pada malam hari tanggal 20 Agustus 2025. (SEPUTARAN/IST)
SEPUTARAN.COM, Tegal – Pemerintah Desa Kepandean, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal, kembali menghidupkan budaya lokal lewat pertunjukan kesenian Sintren. Acara ini berlangsung pada malam hari tanggal 20 Agustus 2025, sebagai bagian dari rangkaian perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80.
Kepala Desa Kepandean, Wastejo, menyampaikan bahwa kesenian Sintren menjadi bentuk hiburan yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Ia mengatakan, “Sintren tidak hanya menghibur, tetapi juga memperkuat rasa cinta warga terhadap budaya warisan leluhur.”
Setelah beberapa tahun absen, tahun ini kesenian Sintren kembali digelar dan langsung mendapat sambutan hangat dari warga. Menurut Wastejo, pertunjukan ini menjadi momen penting karena masyarakat begitu antusias menyaksikannya secara langsung.
Tidak berhenti pada pertunjukan Sintren, Desa Kepandean juga menyiapkan berbagai agenda menarik lainnya. Pada tanggal 23 Agustus 2025, akan digelar karnaval yang diikuti oleh tujuh RW dari seluruh wilayah desa. Kegiatan ini bertujuan mempererat hubungan antarwarga serta menunjukkan keberagaman kreativitas masing-masing lingkungan.
Keesokan harinya, tanggal 24 Agustus 2025, masyarakat diajak untuk mengikuti kegiatan jalan santai. Panitia telah menyiapkan berbagai hadiah menarik sebagai bentuk apresiasi terhadap partisipasi warga. Kegiatan ini tidak hanya menyehatkan, tapi juga menjadi ajang silaturahmi antarwarga desa.
Ketua Panitia HUT RI ke-80, Yahya Firmansyah, menjelaskan bahwa Sintren merupakan salah satu bentuk seni tradisional yang berasal dari pesisir utara Jawa. Ia menjelaskan, “Sintren adalah tarian magis yang memadukan unsur spiritual dan budaya lokal.”
Pertunjukan ini memiliki ciri khas unik. Salah satunya adalah penari yang awalnya dimasukkan ke dalam kurungan ayam, lalu keluar dalam keadaan sudah berdandan lengkap. Proses ini dianggap sebagai bentuk kerasukan roh leluhur, yang menjadikan penampilan Sintren begitu memikat.
Nilai yang terkandung dalam kesenian ini sangat dalam. Sintren bukan hanya tarian, melainkan sarana untuk menjaga kearifan lokal, nilai-nilai sosial, serta spiritualitas masyarakat Jawa. Kehadirannya di tengah masyarakat menjadi pengingat penting akan identitas budaya yang tak boleh dilupakan.
Dengan digelarnya kembali pertunjukan Sintren, Pemerintah Desa Kepandean menunjukkan komitmennya dalam melestarikan budaya. Melalui kegiatan ini, warga tidak hanya menikmati hiburan, tapi juga belajar menghargai warisan nenek moyang mereka.
Kegiatan seperti ini membuktikan bahwa pelestarian budaya bisa berjalan seiring dengan semangat nasionalisme. Kepala Desa Wastejo menegaskan, “Kami ingin HUT RI menjadi momentum untuk membangkitkan kembali nilai-nilai tradisi yang hampir terlupakan.”
- Penulis: Teguh