Menghadapi Tantangan Menyimpan 4 Juta Ton Gabah, Kunci Ketahanan Pangan Nasional
- calendar_month Kam, 4 Sep 2025

Para petani merontokkan bulir padi saat berlangsung panen gadu di Desa Lam Siteh, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Rabu (3/9/2025). ANTARAFOTO/Ampelsa.
SEPUTARAN.COM, Jakarta – Panen raya padi musim tanam Oktober–Maret 2025 telah usai. Kini, Bulog bersiap menyambut panen berikutnya untuk musim tanam April–September 2025. Keberhasilan Bulog menyerap lebih dari 2 juta ton gabah menjadi capaian luar biasa dibandingkan rerata lima tahun terakhir yang hanya 1–1,2 juta ton.
Direktur Utama Bulog menyatakan, “Pencapaian ini membuktikan peran Bulog sebagai penopang ketahanan pangan nasional sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani.”
Langkah ini menjadi indikator nyata kontribusi Bulog dalam mendukung program swasembada pangan yang dicanangkan pemerintah.
Bulog memainkan lima peran penting. Pertama, menyerap gabah dan beras dari petani dalam negeri, langsung berdampak pada kesejahteraan mereka. Tahun 2025, target penyerapan ditetapkan mencapai 3 juta ton, menjadi penyangga utama ketersediaan pangan.
Kedua, Bulog membeli gabah dengan harga resmi pemerintah, yakni Rp6.500 per kilogram untuk Gabah Kering Panen (GKP). Harga ini memberikan insentif bagi petani untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas panen.
Ketiga, pengelolaan infrastruktur seperti Sentra Pengolahan Padi dan Sentra Pengolahan Beras dioptimalkan. Langkah ini membantu meminimalkan kehilangan hasil panen dan memperlancar proses pascapanen.
Keempat, sinergi dengan Dinas Pertanian, TNI-POLRI, kelompok tani, dan penggilingan padi memastikan pengawasan dan distribusi gabah berjalan efektif.
Kelima, Bulog menerapkan pengawasan kualitas gabah yang ketat, sehingga beras yang dihasilkan memenuhi standar konsumsi sekaligus menjaga reputasi produk pangan nasional.
Keberhasilan penyerapan gabah hanyalah separuh dari tantangan Bulog. Masalah krusial berikutnya adalah memastikan kualitas gabah dan beras tetap terjaga hingga masa distribusi. Penyimpanan gabah dalam jumlah besar memerlukan pengelolaan suhu, kelembapan, dan kebersihan gudang yang optimal.
Pengalaman masa lalu, seperti ditemukannya beras berkutu di gudang Bulog, menjadi pelajaran penting. Fenomena beras bau apek atau warna kekuningan akibat penyimpanan buruk tidak boleh terulang. Monitoring dan pengawasan rutin wajib dilakukan agar kualitas beras tetap terjaga.
Keberhasilan penyimpanan juga strategis untuk menjaga cadangan beras pemerintah. Cadangan ini menjadi penopang ketika terjadi krisis pangan, bencana alam, atau fluktuasi harga pasar.
Bulog terus meningkatkan infrastruktur penyimpanan. Kapasitas gudang diperluas, teknologi pengolahan diperbarui, dan sistem kontrol mutu diperketat. Sinergi lintas sektor, termasuk kolaborasi dengan universitas, lembaga riset, dan industri pengolahan pangan, memungkinkan Bulog mengadopsi teknologi modern.
Contohnya, penggunaan sistem pendinginan berbasis IoT untuk mengatur suhu gudang secara otomatis atau metode pengendalian hama ramah lingkungan. Langkah inovatif ini penting menghadapi dinamika pangan global dan perubahan iklim.
Ke depan, keberhasilan Bulog tidak hanya diukur dari volume penyerapan, tetapi juga dari kualitas penyimpanan dan distribusi. Gabah dan beras yang terserap dengan baik harus sampai ke masyarakat dalam kondisi terbaik.
Transparansi dan akuntabilitas Bulog menjadi kunci untuk menjaga kepercayaan publik terhadap kebijakan pemerintah. Dengan dukungan pemerintah, kolaborasi pemangku kepentingan, dan teknologi modern, Bulog diharapkan mampu menjaga kualitas gabah dan beras nasional.
Ketahanan pangan adalah fondasi kesejahteraan masyarakat dan stabilitas ekonomi. Keberhasilan Bulog bukan hanya pencapaian institusi, tetapi keberhasilan bangsa.
- Penulis: Tim Seputaran