Prof. Muryanto Amin: Rahasia Integrated Child Care Dorong Perempuan Terdidik Berkarier Maksimal
- calendar_month 16 jam yang lalu

Rektor Universitas Sumatera Utara (USU), Prof. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si, menegaskan pentingnya pengembangan layanan Integrated Child Care (childcare terintegrasi) untuk mendorong peningkatan partisipasi angkatan kerja perempuan, khususnya yang terdidik. (ANTARA/HO-)
SEPUTARAN.COM, Medan – Rektor Universitas Sumatera Utara (USU), Prof. Dr. Muryanto Amin, menekankan pentingnya layanan Integrated Child Care atau childcare terintegrasi. Menurutnya, layanan ini bisa mendorong peningkatan partisipasi kerja perempuan, khususnya yang berpendidikan. “Integrated Child Care adalah jembatan yang memastikan perempuan terdidik dapat berkontribusi penuh,” tegas Muryanto.
Pernyataan ini ia sampaikan dalam Simposium Nasional Kependudukan 2025 yang digelar di Auditorium Universitas Negeri Padang pada Kamis, 11 September 2025. Simposium bertema “Membangun Penduduk Berkualitas, Keluarga Tangguh, dan Ekonomi Inklusif untuk Indonesia Maju” ini diinisiasi oleh Konsorsium Perguruan Tinggi Peduli Kependudukan (PTPK) yang melibatkan 14 perguruan tinggi negeri. Muryanto juga menjabat sebagai sekretaris konsorsium tersebut.
Data menunjukkan ketimpangan signifikan antara laki-laki dan perempuan di dunia kerja. Muryanto menuturkan, “Selama 20 tahun terakhir, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan stagnan di kisaran 50–56 persen, jauh di bawah laki-laki yang konsisten di atas 80 persen.” Padahal, jumlah perempuan berpendidikan semakin meningkat. Data BPS Maret 2023 mencatat proporsi perempuan usia 7–23 tahun yang masih bersekolah mencapai 75,08 persen, lebih tinggi dibanding laki-laki sebesar 72,89 persen.
Muryanto menjelaskan beberapa faktor yang membatasi partisipasi kerja perempuan. Salah satunya adalah marriage & motherhood penalty, yakni penurunan partisipasi kerja setelah menikah dan melahirkan. Beban ganda pengasuhan anak yang ditanggung ibu juga memengaruhi. “Ibu rata-rata menghabiskan 13,7 jam per hari untuk pekerjaan domestik dan pengasuhan, sementara ayah hanya 3–4 jam,” jelasnya. Waktu ibu untuk pekerjaan berbayar hanya 2,5 jam per hari, 3,5 kali lebih sedikit dibanding laki-laki.
Selain itu, keterbatasan akses PAUD formal dan norma sosial tradisional yang menempatkan pengasuhan anak sepenuhnya pada perempuan turut menurunkan peluang mereka di dunia kerja.
Muryanto menegaskan bahwa Integrated Child Care memberikan solusi konkret. Layanan pengasuhan penuh waktu memungkinkan ibu bekerja di sektor formal bernilai tinggi, sementara anak-anak memperoleh stimulasi optimal untuk tumbuh kembangnya. Konsep ini selaras dengan PAUD Holistik Terintegrasi (PAUD-HI) yang diatur dalam Perpres No. 60 Tahun 2013, mencakup pendidikan, kesehatan, gizi, pengasuhan, dan kesejahteraan anak.
Meski konsepnya jelas, implementasi masih menghadapi tantangan. Ketersediaan layanan belum merata, kualitas tenaga pendidik bervariasi, koordinasi lintas sektor tumpang tindih, dan anggaran minim.
Muryanto memberikan sejumlah rekomendasi penting. Pertama, memperluas akses childcare hingga tingkat desa atau kelurahan dengan layanan penuh waktu. Kedua, meningkatkan anggaran publik agar setara standar internasional. Ketiga, memberikan insentif pajak bagi perusahaan yang menyediakan fasilitas pengasuhan.
Selain itu, kebijakan ketenagakerjaan harus lebih inklusif gender, dengan memperkuat cuti melahirkan dan cuti ayah, serta memastikan ibu bisa kembali bekerja setelah melahirkan. Ia menekankan perlunya kampanye nasional tentang pengasuhan bersama, edukasi peran ayah, dan integrasi pendidikan kesetaraan gender dalam kurikulum. “Perguruan tinggi punya peran strategis mulai dari riset, pelatihan tenaga profesional, hingga advokasi kebijakan,” tambahnya.
Simposium Nasional Kependudukan 2025 menghasilkan rekomendasi penting untuk pembangunan kependudukan. Forum ini menyoroti bonus demografi, isu perkawinan anak, perceraian, peningkatan partisipasi kerja perempuan, serta perlunya kebijakan pengendalian penduduk yang tepat. Seluruh rangkaian kegiatan menegaskan bahwa penduduk berkualitas, keluarga tangguh, dan ekonomi inklusif menjadi fondasi utama menuju Indonesia Maju 2045.
- Penulis: Tim Seputaran