Tapsel Dorong Pelestarian Batang Toru Lewat Konsultasi Publik Koridor Ekosistem
- calendar_month Rab, 10 Sep 2025

Konsultasi publik upaya pelestarian ekosistem Batang Toru, hasil studi kelayakan koridor satwa yang digelar di Aula Bappeda Tapanuli Selatan, Selasa (9/9). Acara ini dibuka Wakil Bupati Tapsel, Jafar Syahbuddin Ritonga (dua kanan). ANTARA-HO/Prokopim TS.
SEPUTARAN.COM, Tapanuli Selatan – Upaya menjaga kelestarian ekosistem Batang Toru kembali mendapat dorongan besar. Melalui acara konsultasi publik hasil studi kelayakan koridor satwa, pemerintah dan berbagai pihak menyatukan langkah demi melindungi habitat Orangutan Tapanuli (Pongo Tapanuliensis) di Aula Bappeda Tapanuli Selatan (Tapsel), Selasa (9/9).
Wakil Bupati Tapsel, Jafar Syahbuddin Ritonga, membuka kegiatan dengan menegaskan pentingnya peran koridor. Ia menyampaikan bahwa koridor satwa dirancang untuk menghubungkan blok-blok hutan yang terpisah agar satwa kunci seperti Orangutan Tapanuli, Harimau Sumatera, Beruang Madu, dan Rangkong dapat bergerak bebas. “Koridor ini menjaga keragaman genetik satwa sekaligus mengurangi risiko kepunahan,” tegas Jafar.
Batang Toru dikenal sebagai hutan tropis vital. Selain menjadi rumah bagi satwa langka, kawasan ini juga merupakan sumber air bersih yang menopang kehidupan masyarakat dari hulu hingga hilir. Menurut Dokumen Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia (IBSAP) 2025–2045, pembangunan koridor ekosistem menjadi strategi utama dalam menjaga keanekaragaman hayati nasional.
Empat koridor yang direncanakan di Batang Toru meliputi Hutaimbaru, Bulu Mario, Silima-lima, dan Aek Malakkut. Kehadiran koridor ini tidak hanya penting untuk satwa liar, tetapi juga berfungsi mengurangi potensi konflik manusia dengan satwa. “Pertemuan ini harus selaras dengan misi pembangunan daerah menuju masyarakat Tapsel maju, unggul, sehat, cerdas, dan sejahtera untuk Indonesia Emas 2045,” kata Jafar.
Sundaland Program Director, Jeri Imansyah, menjelaskan bahwa program ini telah berjalan sejak 2022 dengan dukungan Konservasi Indonesia, Pemerintah Provinsi Sumut, dan Pemkab Tapsel. Kajian teknis melibatkan BRIN, BBKSDA Sumut, Yayasan Ekosistem Lestari, serta Sumatera Rainforest Institute.
“Melalui kolaborasi para pihak, dampak positif bagi masyarakat maupun ekosistem akan semakin luas. Inilah wujud ekonomi hijau yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan,” ungkap Jeri.
Ekosistem Batang Toru terbagi menjadi tiga blok, yakni Timur, Barat, dan Sibual-buali. Kawasan ini dijuluki “jantung hijau” Sumatera Utara karena menjadi rumah bagi kurang dari 800 individu Orangutan Tapanuli. Spesies ini baru diidentifikasi pada 2017 dan tercatat sebagai primata paling langka di dunia.
Acara konsultasi publik turut dihadiri Sekda Tapsel Sofyan Adil, Kepala Bappeda, Kadis Lingkungan Hidup, camat, kepala desa, akademisi, pakar konservasi, organisasi masyarakat, hingga komunitas lokal. Hasil rekomendasi dari kegiatan ini diharapkan memperkuat komitmen Indonesia menjaga ekosistem Batang Toru serta mendukung target pembangunan berkelanjutan nasional.
- Penulis: Tim Seputaran