Wajah Baru UMKM di GBK, Saat Gerobak Jadi Simbol Perubahan
- calendar_month Ming, 31 Agu 2025

Penyediaan sarana gerobak menjadi bentuk dukungan dan fasilitasi bagi UMKM di kawasan Gelora Bung Karno (GBK). ANTARA/HO-PPKGBK
SEPUTARAN.COM, Jakarta – Di tengah riuh olahraga pagi di kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Rudin tampak mendorong gerobak barunya dengan penuh semangat. Tangannya lincah menata botol minuman, senyumnya ramah, dan matanya berbinar.
Dulu, Rudin hanya berjualan dengan tenda seadanya yang bocor saat hujan dan panas saat terik. Kini, dengan gerobak yang lebih kokoh dan tertata, ia merasa mendapatkan martabat baru sebagai pedagang kecil.
“Semoga dengan gerobak baru ini penjualan bisa lebih maju. Gerobaknya bagus, jadi lebih semangat jualan,” katanya sambil tersenyum lebar.
Kisah Rudin adalah potret kecil dari denyut nadi UMKM di kawasan GBK. Mereka hadir setiap hari, bukan hanya memenuhi kebutuhan pengunjung, tetapi juga menambah warna interaksi sosial.
UMKM bukan sekadar sektor usaha, melainkan tulang punggung perekonomian. Dari pedagang gerobak hingga kios kecil, merekalah penyedia layanan langsung yang menopang kehidupan jutaan keluarga Indonesia.
Namun, di balik peran vital itu, pedagang sering berhadapan dengan keterbatasan. Fasilitas seadanya membuat mereka sulit berkembang. Karena itu, pemberdayaan UMKM menjadi keharusan.
Penyediaan gerobak baru hanyalah satu langkah kecil, tetapi berdampak besar. Bagi pedagang, gerobak bukan sekadar tempat dagang, melainkan simbol penghargaan atas kerja keras mereka.
Di GBK, pedagang juga dibekali pelatihan manajemen stok, teknik berjualan, hingga pengelolaan keuangan sederhana. Pendekatan ini membuat mereka tidak hanya mengandalkan insting, tetapi juga keterampilan yang lebih terarah.
Direktur Utama PPKGBK, Rakhmadi A. Kusumo, menegaskan pentingnya pembinaan jangka panjang. “UMKM itu perlu dibina, bukan hanya soal titik jualan atau harga, tapi juga cara berjualan, termasuk transisi ke cashless untuk memudahkan transaksi dan meningkatkan profesionalisme,” ujarnya.
Transformasi digital juga hadir melalui sistem pembayaran non-tunai berbasis QRIS. Dengan teknologi ini, transaksi menjadi lebih cepat, aman, dan efisien.
Bagi pedagang, pencatatan penjualan lebih rapi sehingga mereka berpeluang mendapatkan akses pembiayaan dari bank. Sementara bagi konsumen, belanja terasa lebih praktis dan nyaman.
Langkah ini menunjukkan bagaimana teknologi mampu membuka jalan menuju pemberdayaan yang lebih besar.
Pemberdayaan UMKM di GBK tidak berdiri sendiri. Industri juga ikut mendukung, salah satunya melalui penyediaan gerobak usaha yang lebih layak.
Le Minerale, misalnya, menyalurkan gerobak baru sebagai bentuk apresiasi terhadap peran UMKM. Marketing Director Le Minerale, Febri Satria Hutama, menegaskan: “Kami percaya UMKM adalah mitra strategis yang tidak tergantikan bagi industri. Keberadaan mereka memastikan produk sampai ke tangan konsumen sekaligus menggerakkan roda perekonomian bersama.”
Perubahan nyata kini terlihat di lapangan. Pedagang lebih percaya diri, pengunjung merasa lebih nyaman, dan kawasan GBK semakin tertib serta bersih.
Kisah Rudin menjadi bukti bahwa pemberdayaan UMKM bukan sekadar wacana. Fasilitas yang layak membangkitkan rasa percaya diri, pelatihan membuka wawasan, dan teknologi memberi peluang tumbuh lebih besar.
Dari sebuah gerobak sederhana, lahirlah semangat baru. Inilah cerminan bahwa pertumbuhan ekonomi sejati dimulai dari bawah, dari orang-orang yang setiap hari berusaha memperbaiki hidupnya.
- Penulis: Tim Seputaran