Indonesia Siap Jadi Pusat Bahan Bakar Ramah Lingkungan SAF di Asia-Pasifik
- calendar_month Jum, 5 Sep 2025

Duta Besar RI untuk Kanada sekaligus Wakil Tetap RI untuk Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) Muhsin Syihab bersama Sekretaris Jenderal ICAO Juan Carlos Salazar dalam pertemuan di Montreal, Kanada, Rabu (3/9/2025). ANTARA/HO-KBRI Ottawa/aa.
SEPUTARAN.COM, Jakarta – Duta Besar RI untuk Kanada sekaligus Wakil Tetap RI di Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO), Muhsin Syihab, menegaskan bahwa Indonesia siap mendukung industri penerbangan yang lebih berkelanjutan melalui pemanfaatan bahan bakar alternatif berkelanjutan atau Sustainable Aviation Fuel (SAF).
Pernyataan itu ia sampaikan saat menyerahkan surat kepercayaan kepada Sekretaris Jenderal ICAO, Juan Carlos Salazar, di Montreal, Kanada, Rabu (3/9) waktu setempat.
“Dengan dukungan ICAO, Indonesia dapat menjadi satu hub dan penyedia terbesar SAF di kawasan Asia-Pasifik dan global,” ucap Muhsin dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis.
Ia menambahkan, “Kami siap bekerja sama dengan Dewan ICAO, Sekretariat, dan negara-negara anggota demi dunia aviasi yang lebih berkesinambungan.”
Dalam kesempatan itu, Dubes Muhsin juga menyampaikan perkembangan terbaru terkait produksi SAF di Indonesia. Pertamina telah melakukan pengiriman pertama SAF berbahan baku minyak jelantah pada Agustus 2025. Selanjutnya, Pertamina berencana mengirim hingga 1,7 juta liter SAF ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.
Langkah ini menandai keseriusan Indonesia dalam memperkuat posisi sebagai penyedia bahan bakar ramah lingkungan untuk mendukung dekarbonisasi sektor penerbangan global.
Sekjen ICAO Juan Carlos Salazar menilai, proyeksi pertumbuhan transportasi udara yang signifikan dalam dua dekade mendatang akan membawa tantangan besar pada pencapaian target dekarbonisasi.
Karena itu, ICAO menyambut baik langkah Indonesia dalam mengembangkan SAF. Organisasi ini telah menetapkan sasaran jangka panjang atau Long Term Aspirational Goal (LTAG) untuk mencapai emisi karbon nol persen pada 2050.
“Mempertimbangkan kemampuan saat ini, Indonesia dapat berkontribusi lebih bagi ketersediaan SAF yang akan sangat membantu upaya dekarbonisasi aviasi internasional,” kata Salazar.
Ia menambahkan, Indonesia dipandang sebagai mitra strategis dalam penguatan kerja sama untuk mewujudkan tujuan bersama.
Selain isu lingkungan, Dubes Muhsin bersama Sekjen ICAO juga membahas sejumlah agenda penting lain. Topik yang diangkat meliputi perkembangan teknologi penerbangan terbaru beserta tantangan dan peluangnya, peningkatan kapasitas SDM industri penerbangan, hingga persiapan Sidang Majelis ke-42 ICAO yang akan berlangsung di akhir bulan ini.
Dalam pertemuan terpisah, Presiden Dewan ICAO Salvatore Schiacchtano turut mengapresiasi komitmen Indonesia. Ia menilai pengembangan SAF secara mandiri adalah bentuk kontribusi nyata dalam perlindungan lingkungan dalam kerangka industri aviasi global.
ICAO merupakan organisasi khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang lahir melalui Konvensi Chicago tahun 1944. Lembaga ini memiliki mandat untuk merumuskan standar dan rekomendasi di bidang penerbangan sipil internasional.
Dengan keterlibatan aktif di ICAO, Indonesia mempertegas perannya sebagai pemain penting dalam mendukung masa depan industri penerbangan yang ramah lingkungan.
- Penulis: Tim Seputaran