Wabah Kolera di Sudan Makin Parah, Krisis Kesehatan Capai Titik Kritis
- calendar_month Jum, 29 Agu 2025

Seorang anak mencoba mencari makanan dari sebuah ember di kamp pengungsi di El Fasher, wilayah Darfur Utara, Sudan (9/7/2025). ANTARA/Xinhua/HO-UNICEF/aa. (Unicef handout via xinhua)
SEPUTARAN.COM, Khartoum – Wabah kolera yang merebak di wilayah Darfur, Sudan, terus meluas dan membawa dampak mematikan. Di tengah konflik berkepanjangan dan kehancuran total layanan kesehatan, ribuan warga sipil kehilangan akses terhadap pengobatan dan pencegahan yang memadai.
Koordinasi Umum Pengungsi dan Orang Terlantar melaporkan bahwa hingga Rabu (27/8), sudah ada 8.569 kasus kolera dan 361 kematian di Darfur. Jumlah korban terus bertambah, dengan mayoritas merupakan perempuan dan anak-anak yang tinggal di kamp pengungsian maupun kota-kota terkepung.
Kamp-kamp pengungsi yang penuh sesak menjadi lokasi penyebaran kolera paling parah. Kota Tawila di Darfur Utara mencatat lonjakan tertinggi dengan 4.850 kasus. Sementara itu, Golo di Jebel Marra melaporkan 1.290 kasus. Di kamp Kalma, terkonfirmasi 435 infeksi dan 64 kematian. Puluhan kasus lain juga muncul di Otash serta kamp-kamp sekitarnya.
Adam Rajal, juru bicara badan koordinasi pengungsi, menyatakan kondisi Darfur semakin memburuk setiap harinya. “Darfur sedang mengalami krisis terburuknya. Hidup menjadi tidak tertahankan akibat wabah penyakit, kelaparan, dan perang yang membunuh dalam diam,” katanya kepada Anadolu.
Minimnya fasilitas kesehatan membuat ribuan pasien harus berjalan kaki sejauh dua hingga delapan jam demi mencapai pusat isolasi. Obat-obatan dasar, seperti larutan rehidrasi oral dan cairan infus, langka di rumah sakit. Padahal, keduanya merupakan kunci utama dalam menangani kolera.
Konflik antara militer Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) yang kini memasuki tahun ketiga telah menghancurkan infrastruktur kesehatan di Darfur. Meski berbagai lembaga kemanusiaan telah menyerukan akses bantuan medis, jalur distribusi tetap tertutup akibat perang yang berkecamuk.
Secara nasional, Kementerian Kesehatan Sudan mencatat 102.831 kasus kolera dan 2.561 kematian sejak wabah ini merebak pada Agustus 2024. Angka ini terus meningkat seiring penyebaran penyakit yang belum terkendali.
Doctors Without Borders mencatat bahwa hanya dalam sepekan awal bulan ini, kolera telah menewaskan 40 orang di Darfur. Kepala Misi organisasi tersebut, Tuna Turkmen, menekankan perlunya respons segera. “Wabah ini kini telah menyebar melampaui kamp-kamp pengungsian ke berbagai wilayah lain di Darfur dan sekitarnya. Respons internasional harus menyediakan air bersih, sanitasi, dan vaksinasi untuk mencegah kematian lebih lanjut,” tegasnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengonfirmasi penyebaran kolera di seluruh 18 negara bagian Sudan. Sementara itu, PBB memperingatkan bahwa wabah kolera kini dibarengi dengan lonjakan kasus campak dan malaria, terutama di kota Tawila dan El-Fasher yang terkepung.
Situasi di Darfur mencerminkan krisis kemanusiaan yang sangat kompleks, di mana perang, kelaparan, dan penyakit menyatu dalam satu bencana besar. Tanpa intervensi segera dan dukungan internasional yang efektif, ribuan nyawa berisiko hilang dalam waktu dekat.
- Penulis: Tim Seputaran