Wamentan Sudaryono Tegaskan: Negara Hadir Menstabilkan Harga Pangan Demi Petani dan Konsumen
- calendar_month Rab, 10 Sep 2025

Wakil Menteri Pertanian Sudaryono menjawab pertanyaan ANTARA di Jakarta, Rabu (10/9/2025). ANTARA/Harianto
SEPUTARAN.COM, Jakarta – Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, menegaskan bahwa negara berperan aktif menjaga harga pangan tetap stabil. Ia menekankan kesejahteraan petani, perlindungan peternak, dan kenyamanan konsumen sebagai prioritas utama. “Negara itu mensejahterakan semua rakyatnya. Petani sebagai produsen, peternak sebagai produsennya juga sejahtera, konsumenya juga tidak terbebani dengan harga kebutuhan pokok yang tinggi. Intinya itu sebetulnya,” ucap Sudaryono saat ditemui di Jakarta, Rabu.
Sudaryono, yang akrab disapa Mas Dar, menjelaskan bahwa stabilitas harga bukan berarti harga selalu sama, tetapi fluktuasi sesaat harus segera terkendali. Ia menegaskan, jika harga pangan melonjak terlalu lama, pemerintah melakukan intervensi untuk menormalkan harga. Sebaliknya, jika harga turun di bawah batas wajar dan merugikan produsen, intervensi juga segera dilakukan. “Kalau dia terlalu rendah, harus kita juga naikkan. Supaya ada di dalam ekuilibrium, di mana petani, peternaknya tetap sejahtera dan konsumennya mendapatkan barang yang affordable dengan penghasilannya. Jadi inflasi yang dijaga,” kata Wamentan.
Wamentan mencontohkan, harga pembelian pemerintah (HPP) untuk gabah ditetapkan Rp6.500 per kilogram. Langkah ini memastikan petani tetap sejahtera karena hasil panen dibeli sesuai standar pemerintah. Selain itu, harga eceran tertinggi (HET) ditetapkan bagi konsumen agar masyarakat bisa membeli bahan pokok dengan harga wajar. Mekanisme ini menyeimbangkan kepentingan produsen dan konsumen sekaligus menjaga inflasi tetap terkendali.
Pemerintah melakukan intervensi melalui lembaga pangan negara, seperti Perum Bulog untuk stabilitas beras dan ID Food untuk gula. Sudaryono menekankan, gangguan distribusi atau bencana alam bisa memicu kenaikan harga. Intervensi cepat membantu mencegah lonjakan harga yang berlarut. “Jadi ini harus saling leave and let live lah. Jadi hidup dan juga menghidupin yang lain. Itulah sebetulnya kaedah bernegara kan begitu,” ujarnya.
Sudaryono menambahkan, jika harga gabah mencapai Rp6.800 per kilogram, masih tergolong aman. Namun, bila tembus Rp8.000 per kilogram, harga beras di pasaran pasti melonjak tajam dan membebani konsumen. Oleh karena itu, negara membeli gabah hasil petani dan gula rakyat yang digiling di pabrik gula agar harga tetap stabil dan tidak anjlok di bawah HPP.
Dengan intervensi harga pangan yang konsisten, keseimbangan pasar dapat tercapai. Petani dan peternak tetap memperoleh keuntungan, sementara konsumen terlindungi dari fluktuasi harga yang ekstrem. Wamentan menegaskan, kebijakan ini harus dijalankan secara konsisten agar kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah semakin kuat.
- Penulis: Tim Seputaran